FRN Bandung, 12 Juli 2025 – Seorang penumpang angkutan umum yang identitasnya dirahasiakan, diduga menjadi korban penipuan dan penggelapan oleh oknum kenek angkutan umum berlabel "Singajaya" pada siang hari kemarin. Korban mengalami kerugian materi dan merasa sangat dirugikan secara emosional akibat ulah oknum tersebut.
Kejadian bermula saat korban, bersama bayinya, hendak pulang dari Ciwidey menuju Banjarwangi. Setelah menaiki angkutan umum yang disebutnya Singajaya, kenek langsung meminta ongkos. Korban terkejut ketika kenek menyebutkan tarif Rp130.000, padahal ongkos normal untuk rute tersebut biasanya berkisar Rp80.000.
"Saya kaget sekali, biasanya paling mahal Rp80.000. Keneknya bilang sudah naik dan ada biaya 'nyaloan' Rp10.000," ujar korban dengan nada pilu.
Setelah proses tawar-menawar yang alot, korban menyerahkan uang tunai Rp100.000 kepada kenek dengan harapan akan ada kembalian. Namun, masalah tidak berhenti di situ. Mobil yang ditumpangi korban kemudian berhenti lama di lampu merah Leuwipanjang, menyebabkan korban dan bayinya kepanasan dan tidak nyaman. Sang bayi bahkan mulai rewel dan menangis karena kondisi tersebut.
Saat korban berusaha keluar dari mobil, pintu sulit dibuka dan panggilannya kepada kenek tidak dihiraukan. Dalam kondisi frustrasi, korban akhirnya berhasil menarik perhatian seseorang dan menyatakan niatnya untuk pindah ke mobil lain. Kenek kemudian memindahkan korban ke angkutan umum tujuan Garut/Cikajang.
Namun, di sinilah dugaan penipuan terjadi. Kenek "Singajaya" tersebut hanya menyerahkan Rp50.000 kepada sopir mobil pengganti, padahal ia telah menerima Rp100.000 dari korban. Ketika korban menanyakan sisa uangnya, kenek tersebut justru marah-marah dan tetap tidak mengembalikan selisihnya.
"Saya nangis waktu masuk mobil baru. Uang Rp100.000 saya dibawa kenek itu, tapi dia cuma kasih Rp50.000 ke sopir yang baru," tutur korban.
Sopir angkutan umum pengganti yang mengetahui kejadian ini mencoba menagih sisa uang kepada kenek tersebut, namun kenek hanya menambahkan Rp5.000 lagi, itupun dilemparkan begitu saja kepada korban. Ini berarti, oknum kenek tersebut diduga telah mengambil untung sebesar Rp45.000 secara tidak sah dari penumpang.
Korban mengungkapkan rasa sakit hatinya bukan hanya karena nominal uang yang hilang, melainkan karena uang tersebut diperoleh dengan susah payah melalui perjuangan mencari nafkah. "Mencari uang itu tidak mudah, butuh keringat dan perjuangan siang malam," ujarnya lirih. Selain kerugian materi, korban juga kehilangan barang-barang penting seperti boneka anaknya, roti, dan sarapan yang tertinggal di mobil pertama.
Insiden ini menyoroti pentingnya kehati-hatian masyarakat saat menggunakan jasa angkutan umum, serta mendesak pihak terkait untuk meningkatkan pengawasan terhadap oknum-oknum yang merugikan penumpang.
Untungnya, dalam kejadian buruk ini, korban mendapatkan pertolongan dari sopir angkutan umum pengganti yang baik hati. Sopir tersebut tidak menerima uang ongkos dari kenek sebelumnya dan justru mengembalikannya kepada korban. Selain itu, seorang penumpang lain turut membantu menambah ongkos korban. Korban pun menyampaikan rasa terima kasih dan doa terbaik bagi mereka yang telah menolongnya.
Kasus ini diharapkan menjadi pelajaran berharga bagi para penyedia jasa transportasi untuk memastikan keamanan dan kenyamanan penumpang, serta menindak tegas oknum-oknum yang mencoreng nama baik industri transportasi.
0 Komentar