FRN Bandung, 6 Juni 2025 – Pelantikan Dedi Mulyadi sebagai Gubernur Jawa Barat pada 20 Februari 2025 menandai puncak perjalanan politik yang panjang dan penuh liku. Sosok yang akrab disapa Kang Dedi ini tak ujug-ujug muncul di panggung kepemimpinan provinsi.
Ia menapaki setiap jenjang karier politiknya dengan tekun, berawal dari seorang aktivis mahasiswa hingga kini menjadi orang nomor satu di provinsi dengan jumlah penduduk terbanyak di Indonesia ini.
Akar Aktivisme dan Langkah Awal di Purwakarta
Lahir di Subang pada 11 April 1971, Dedi Mulyadi memulai kiprahnya sebagai aktivis. Semangat kepemimpinan dan kepeduliannya terhadap isu-isu sosial telah terlihat sejak ia menjabat sebagai Ketua Umum Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Purwakarta pada era 1990-an. Pengalaman ini membentuk fondasi kuat bagi perjalanan politiknya kelak.
Pintu gerbang politik formal Dedi Mulyadi terbuka lebar ketika ia terpilih sebagai Anggota DPRD Purwakarta dari Partai Golkar pada periode 1999-2004.
Di sinilah ia mulai memahami seluk-beluk pemerintahan daerah dan menyerap aspirasi masyarakat secara langsung.
Dua Periode Membangun Purwakarta: Jejak Inovasi dan Kebudayaan
Kemampuan Dedi Mulyadi dalam memahami persoalan rakyat dan merumuskan kebijakan yang relevan membawanya ke jenjang yang lebih tinggi.
Pada tahun 2003, ia terpilih sebagai Wakil Bupati Purwakarta, mendampingi bupati saat itu.
Lima tahun menjabat wakil bupati, ia belajar banyak tentang manajemen pemerintahan dan pembangunan daerah.
Pengalaman berharga itu menjadi bekal kuat saat Dedi Mulyadi kemudian terpilih sebagai Bupati Purwakarta untuk periode 2008-2013.
Keberhasilan dalam memimpin dan membawa perubahan positif di Purwakarta membuatnya kembali dipercaya oleh masyarakat untuk menjabat untuk periode kedua, yaitu 2013-2018.
Selama dua periode kepemimpinannya di Purwakarta, Dedi Mulyadi dikenal dengan berbagai inovasi dan kebijakan unik yang berpihak pada rakyat, seringkali memadukan pembangunan fisik dengan pelestarian budaya Sunda.
Ia mengubah wajah Purwakarta menjadi lebih indah, bersih, dan berbudaya, serta meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya.
Program-program seperti "Kota Berbudaya" dan berbagai program sosial kemasyarakatan menjadi ciri khas kepemimpinannya.
Jeda di Senayan dan Lompatan Berani ke Jawa Barat-1
Setelah menyelesaikan masa jabatannya sebagai bupati, Dedi Mulyadi tidak berhenti berdedikasi untuk masyarakat.
Pada Pemilihan Legislatif 2019, ia berhasil terpilih sebagai Anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR RI) dari daerah pemilihan Jawa Barat VII. Di Senayan, ia menyuarakan aspirasi masyarakat Jawa Barat di tingkat nasional, terutama terkait isu-isu pertanian, infrastruktur, dan lingkungan hidup.
Pada akhir tahun 2023, sebuah langkah politik besar diambilnya. Setelah puluhan tahun berkarier di Partai Golkar, Dedi Mulyadi memutuskan untuk bergabung dengan Partai Gerindra.
Keputusan ini dinilai strategis dan menjadi salah satu faktor kunci dalam perjalanannya menuju kursi Gubernur Jawa Barat.
Puncaknya, pada Pemilihan Gubernur Jawa Barat 2024, Dedi Mulyadi berhasil meraih dukungan mayoritas masyarakat. Dengan visi "Jawa Barat Harmoni: Sejahtera, Berbudaya, dan Inovatif," ia berhasil meyakinkan pemilih bahwa rekam jejaknya adalah jaminan untuk masa depan provinsi.
Merajut Harmoni Pembangunan dengan Kearifan Lokal di Era Gubernur Dedi Mulyadi
Sejak dilantik pada 20 Februari 2025, Gubernur Dedi Mulyadi tak henti-hentinya menjadi perbincangan. Gaya kepemimpinannya yang khas, perpaduan antara merakyat dan visioner, telah membawa angin segar dalam pembangunan di provinsi ini.
Salah satu "kehebatan" yang paling menonjol adalah kemampuannya dalam merangkul seluruh lapisan masyarakat. Tak jarang, ia terlihat turun langsung ke pelosok desa, berdialog tanpa sekat dengan petani, nelayan, pedagang pasar, hingga seniman.
Pendekatan "ngaguar" (menggali/memahami secara mendalam) masalah dari akar rumput ini menjadi ciri khasnya, memastikan setiap kebijakan yang diambil benar-benar menyentuh kebutuhan rakyat.
"Saya selalu percaya, pembangunan itu harus dimulai dari manusia. Dari hati ke hati. Kita tidak bisa membangun gedung megah jika manusianya masih lapar, masih sakit, atau tidak bahagia," tutur Gubernur Dedi Mulyadi dalam salah satu sesi kunjungan kerjanya.
Di bidang pembangunan infrastruktur, meskipun belum genap satu tahun menjabat, Gubernur Dedi Mulyadi telah menunjukkan komitmen kuat.
Program percepatan perbaikan jalan provinsi yang rusak di berbagai daerah menjadi prioritas, dengan target rampung pada akhir tahun 2025.
Selain itu, ia juga mendorong pembangunan infrastruktur yang menunjang sektor pariwisata dan pertanian, sebagai dua sektor unggulan Jawa Barat.
Namun, yang membuat kepemimpinan Gubernur Dedi Mulyadi semakin diperhitungkan adalah pendekatannya yang mengintegrasikan pembangunan dengan nilai-nilai budaya Sunda.
Ia seringkali menyelipkan pesan-pesan kearifan lokal dalam setiap arahannya, mempromosikan seni dan budaya Sunda sebagai bagian tak terpisahkan dari identitas Jawa Barat.
Program-program pelestarian lingkungan hidup dan pengembangan desa wisata berbasis budaya juga menjadi fokusnya, menunjukkan bahwa kemajuan tidak harus menggerus akar tradisi.
Di ranah digital dan komunikasi, Dedi Mulyadi juga dikenal sangat aktif. Akun-akun media sosialnya menjadi jembatan langsung antara pemerintah provinsi dengan masyarakat.
Ia seringkali merespons langsung keluhan atau masukan dari warganet, menciptakan kesan pemerintah yang transparan dan mudah dijangkau.
Keaktifannya ini juga dimanfaatkan untuk mempromosikan potensi Jawa Barat dan berbagi cerita inspiratif dari berbagai pelosok.
Kini, sebagai Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi, tantangan besar menanti. Isu-isu seperti pengangguran, pemerataan pembangunan antar wilayah, serta adaptasi perubahan iklim menjadi pekerjaan rumah yang tak ringan.
Namun, dengan rekam jejaknya yang solid dan kini sebagai nahkoda Jawa Barat, harapan besar disematkan kepada Dedi Mulyadi untuk membawa Jawa Barat menuju masa depan yang lebih sejahtera, adil, dan berbudaya.
Kepiawaiannya dalam merajut harmoni antara kemajuan dan kearifan lokal menjadi modal utama yang patut diapresiasi.
(Red).
0 Komentar