Kilasan Sejarah dan Prestasi KBB
Perjalanan KBB bermula dari persiapan panjang di bawah Tim Asistensi yang dipimpin Drs. H. Abubakar, M.Si, yang saat itu menjabat Sekretaris Daerah Kabupaten Bandung. Puncaknya, pada 19 Juni 2007, Menteri Dalam Negeri ad interim Widodo AS meresmikan pembentukan KBB dan melantik Drs. Tjatja Kuswara As, Mh, M.Si sebagai Pejabat Bupati pertama. Setahun kemudian, Drs. H. Abubakar, M.Si dan Drs. H. Ernawan Natasaputra, M.Si terpilih sebagai Bupati dan Wakil Bupati definitif pertama.
Sejak saat itu, KBB terus berbenah. Perkembangan wilayah ditandai dengan pembentukan Kecamatan Saguling pada 2011, menjadikan total 16 kecamatan. Penetapan 19 Juni sebagai Hari Jadi KBB pada 2012 mengukuhkan tanggal bersejarah ini. Pembangunan gedung perkantoran pemerintah pun dimulai pada 2012, menjadi simbol komitmen terhadap amanat UU Nomor 12 Tahun 2007.
Bupati Bandung Barat, Jeje Ritchie Ismail, dalam sambutannya menyoroti berbagai pencapaian positif, mulai dari penurunan angka kemiskinan hingga pengakuan pasar berstandar SNI. Meskipun demikian, ia mengakui bahwa tantangan seperti infrastruktur, pendidikan, dan pengelolaan sampah masih menjadi prioritas utama. "Kami berkomitmen untuk terus menerima kritik demi Bandung Barat yang lebih baik," tegasnya.
Sorotan dan Harapan dari Pemimpin Daerah
Ketua DPRD KBB, H. Muhammad Mahdi, S.Pd., menekankan peran sentral DPRD sebagai jembatan antara rakyat dan kebijakan. Ia menggarisbawahi pentingnya keterbukaan dan partisipasi masyarakat dalam fungsi legislasi dan pengawasan. "Kepercayaan masyarakat adalah amanah besar yang harus dijaga dengan etos kerja tinggi," ujarnya.
Tak ketinggalan, Penjabat Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, turut memberikan arahan. Ia mengingatkan akan pentingnya menjaga keasrian alam di tengah laju pembangunan. Rencana perbaikan infrastruktur, penataan wilayah, dan penertiban tambang menjadi fokus utamanya. Dedi Mulyadi juga menggagas program inovatif seperti minum susu bagi siswa dan pengolahan eceng gondok untuk keberlanjutan lingkungan. "Rebranding Bandung Barat harus kembali ke akar: alam, ketahanan keluarga, dan tata kelola yang rapi," pungkasnya.
Catatan Pahit di Balik Kotak Mewah
Sayangnya, di balik suasana khidmat dan harapan besar untuk masa depan KBB, terselip sebuah kekecewaan. Para tamu undangan dan peserta Rapat Paripurna Hari Jadi ke-18 dikejutkan dengan konsumsi yang tidak layak. Makanan yang disajikan dalam kotak-kotak mewah dilaporkan telah basi dan berbau tak sedap, bahkan buah-buahan pun sudah busuk.
Insiden ini sontak menimbulkan pertanyaan besar mengenai pengelolaan anggaran dan kualitas vendor yang bertanggung jawab atas katering acara penting ini. Alih-alih dinikmati, makanan tersebut berakhir mubazir dan terbuang sia-sia. Tak sedikit yang khawatir jika makanan tersebut dikonsumsi, dapat menyebabkan gangguan kesehatan.
"Sangat disayangkan, acara semegah ini ternoda oleh hal sekecil ini tapi berdampak besar," ujar salah seorang peserta yang enggan disebutkan namanya. "Semoga ada evaluasi menyeluruh agar kejadian serupa tidak terulang di kemudian hari."
Insiden ini menjadi pengingat pahit bahwa detail terkecil pun dapat memengaruhi citra sebuah acara besar. Di tengah semangat perayaan dan komitmen untuk kemajuan, kualitas dan standar layanan harus selalu menjadi prioritas utama.
Artikel berita dikutip dari -https://suaramediaindonesia.com
