Hot Posts

6/recent/ticker-posts

JEJAK WANGI KOPI: DARI LEMBAH ETHIOPIA HINGGA KE GELAS DUNIA


FRN Bandung, -  Kamis 29/5/2025 Aroma khas yang membangkitkan semangat ini telah menyertai peradaban manusia selama lebih dari seribu tahun. 

Kopi, minuman yang kini menjadi ritual harian bagi miliaran orang, memiliki sejarah panjang dan penuh petualangan, dimulai dari sebuah penemuan tak terduga di dataran tinggi Ethiopia hingga menyebar ke seluruh penjuru bumi, termasuk ke tanah air kita, Indonesia.

Legenda Khaldi dan Awal Mula di Abad ke-9

Kisah penemuan kopi yang paling populer bermula di Ethiopia sekitar abad ke-9. Seorang penggembala kambing bernama Khaldi, suatu sore, mengamati kawanan kambingnya yang menjadi sangat lincah dan berenergi setelah memakan buah beri merah dari sebuah pohon tak dikenal. 

Penasaran, Khaldi mencoba buah tersebut dan merasakan sensasi serupa. 

Ia kemudian berbagi penemuannya dengan seorang biarawan setempat, yang awalnya skeptis. Namun, setelah mencoba, sang biarawan merasakan manfaatnya untuk tetap terjaga selama beribadah malam. 

Inilah cikal bakal pemanfaatan biji kopi, meskipun pada awalnya dikonsumsi langsung atau dicampur lemak.

Dari Yaman ke Kedai Kopi Pertama di Dunia Arab

Dari Ethiopia, biji kopi perlahan menyebar ke Semenanjung Arab melalui para pedagang. Pada abad ke-15, kopi telah menjadi minuman yang sangat populer di Yaman. 

Bangsa Arablah yang pertama kali berinovasi merebus biji kopi untuk mendapatkan sarinya, menciptakan minuman yang kita kenal sekarang. Kedai-kedai kopi mulai bermunculan di Mekah dan Madinah, menjadi pusat sosial dan intelektual.

Popularitas kopi kemudian meluas hingga ke Konstantinopel (Istanbul) pada tahun 1453 di bawah Kekaisaran Ottoman, di mana kedai kopi pertama, Kiva Han, tercatat dibuka pada tahun 1475.

Perjalanan ke Eropa dan "Perang" Kopi

Pada awal abad ke-17, biji kopi mulai menembus pasar Eropa. Para pedagang Venesia, Italia, menjadi yang pertama membawa kopi ke benua biru. 

Kedai kopi pertama di Venesia dibuka pada tahun 1645. Di Inggris, kedai kopi pertama muncul di Oxford pada tahun 1650, dan segera menjadi fenomena sosial di London, dijuluki "universitas penny" karena dengan satu penny, orang bisa mendapatkan kopi dan berdiskusi.

Namun, tidak semua sambutan hangat. Di beberapa tempat, kopi sempat dicurigai dan bahkan dilarang karena dianggap minuman yang memicu perdebatan atau keonaran.

Untungnya, Paus Klemens VIII pada tahun 1600-an justru "membaptis" kopi, menyetujui penggunaannya setelah mencicipi dan menyukainya.

Kopi Tiba di Nusantara: Jejak Belanda di Tanah Jawa

Sejarah kopi di Indonesia tak lepas dari peran kolonial Belanda. Pada tahun 1696, Belanda membawa bibit kopi Arabika dari Malabar, India, ke Pulau Jawa. Meskipun percobaan pertama di Batavia (Jakarta) gagal akibat banjir, upaya kedua pada tahun 1699 berhasil. 

Kopi dari Jawa segera dikenal luas di Eropa, menjadi komoditas ekspor penting bagi VOC (Perusahaan Hindia Timur Belanda). 

Dari Jawa, perkebunan kopi kemudian menyebar ke Sumatera, Sulawesi, dan pulau-pulau lainnya, menjadikan Indonesia salah satu produsen kopi terbesar di dunia hingga saat ini.

Dari Komoditas Hingga Budaya Global

Seiring berjalannya waktu, berbagai jenis kopi ditemukan dan dibudidayakan, seperti Robusta yang lebih kuat dan tahan penyakit, serta Liberika dengan karakteristik uniknya. 

Kopi telah melampaui statusnya sebagai sekadar minuman. Ia telah menjadi bagian integral dari ritual pagi, sesi kerja, pertemuan sosial, hingga ekspresi seni melalui latte art.

Kini, dari secangkir espresso yang pekat hingga latte yang creamy, kopi terus menyatukan manusia melintasi batas geografis dan budaya.

 Sejarahnya yang kaya adalah pengingat akan kekuatan sebuah biji kecil yang mampu menciptakan revolusi rasa dan kebiasaan di seluruh dunia.



(Red).


Posting Komentar

0 Komentar