FRN Bandung, - Kamis 29 Mei 2025 Jauh sebelum peringatan kesehatan terpampang di setiap bungkusnya, rokok memiliki perjalanan sejarah yang panjang dan beragam, dimulai dari akar-akar spiritual di peradaban kuno hingga menjadi bagian tak terpisahkan dari industri global yang kini dibayangi oleh isu kesehatan.
Kisah tembakau, bahan dasar rokok, adalah cerminan evolusi budaya dan inovasi manusia.
Dari Lembah Suci Amerika hingga Pengobatan Tradisional
Sejarah tembakau pertama kali tercatat sekitar 4.000 tahun sebelum Masehi di benua Amerika. Suku-suku asli Amerika Selatan dan Utara tidak menggunakannya sebagai hiburan, melainkan sebagai elemen kunci dalam ritual spiritual dan keagamaan.
Bagi suku Maya, asap tembakau dipercaya menjadi jembatan komunikasi dengan dewa, sementara suku Aztek menggunakannya untuk tujuan pengobatan, mulai dari meredakan sakit gigi hingga sebagai penenang.
Penggunaan tembakau pada masa itu beragam, mulai dari mengunyah daun, menghirup asap dari daun yang dibakar, hingga melintingnya secara sederhana.
Columbus Membawa Asap ke Eropa: Awal Mula Penyebaran Global
Titik balik penyebaran tembakau terjadi pada akhir abad ke-15, ketika penjelajah Eropa menginjakkan kaki di Dunia Baru.
Christopher Columbus menjadi salah satu tokoh penting yang memperkenalkan daun tembakau ke Eropa. Awalnya, tembakau dipandang sebagai komoditas eksotis dan bahkan diyakini memiliki khasiat obat.
Para pelaut dan pedagang Eropa kemudian bertindak sebagai agen penyebar utama. Dari Spanyol dan Portugal, tembakau dibawa ke berbagai penjuru dunia melalui jalur perdagangan maritim yang sibuk, mencapai Asia dan Afrika.
Pada abad ke-17, kebiasaan merokok mulai mengakar kuat di Kekaisaran Ottoman, Turki, setelah diperkenalkan oleh para pedagang Spanyol.
Revolusi Industri dan Lahirnya Rokok Modern
Abad ke-19 menjadi era transformasi signifikan bagi tembakau. Dari sekadar menghisap pipa atau cerutu, praktik melinting tembakau dengan kertas mulai populer.
Ide rokok linting ini konon muncul di kalangan prajurit Ottoman selama Perang Krimea (1853-1856) sebagai cara praktis menikmati tembakau.
Namun, revolusi sesungguhnya terjadi pada tahun 1880 dengan penemuan mesin linting rokok modern oleh James Albert Bonsack di Amerika. Mesin ini mampu memproduksi ratusan rokok per menit, mengubahnya dari produk kerajinan tangan menjadi barang produksi massal yang jauh lebih murah dan mudah diakses.
Sejak saat itu, rokok mulai dipasarkan secara gencar dengan iklan yang agresif, mengincar pasar pria. Perang Dunia I dan II juga turut memperluas popularitas rokok, yang bahkan menjadi bagian dari jatah para tentara.
Kretek Indonesia: Aroma Khas Nusantara
Di Indonesia, tembakau diperkirakan masuk sekitar tahun 1600-an. Namun, kekhasan Nusantara terletak pada rokok kretek. Legenda populer menyebutkan bahwa rokok kretek bermula dari Haji Djamari di Kudus pada tahun 1880-an. Ia konon mencampur tembakau dengan cengkeh untuk mengobati nyeri dadanya.
Sensasi "kretek-kretek" saat dibakar inilah yang memberi nama pada rokok khas Indonesia ini. Industri rokok kretek berkembang pesat dari skala rumahan menjadi industri besar, melahirkan merek-merek ikonik yang dikenal hingga kini.
Era Kesehatan dan Tantangan di Masa Depan
Puncak popularitas rokok pada pertengahan abad ke-20 mulai diiringi dengan terkuaknya dampak kesehatan yang merugikan. Berbagai penelitian ilmiah mengaitkan merokok dengan penyakit serius seperti kanker, penyakit jantung, dan gangguan pernapasan.
Sejak itu, kampanye anti-rokok global digalakkan, diikuti dengan regulasi ketat seperti pelarangan iklan dan kewajiban pencantuman peringatan kesehatan pada kemasan rokok.
Saat ini, industri rokok menghadapi tekanan signifikan, mendorong mereka untuk berinovasi dengan produk tembakau alternatif seperti rokok elektrik (vape).
Dari ritual mistis hingga komoditas global, sejarah rokok adalah narasi kompleks tentang adaptasi manusia, inovasi teknologi, dan kini, kesadaran akan pentingnya kesehatan publik.
(Red).
0 Komentar