FRN Lombok Timur, 27 Juni 2025 – Keindahan memukau Gunung Rinjani, salah satu gunung berapi tertinggi di Indonesia, kerap menjadi daya tarik bagi para pendaki dari berbagai penjuru dunia. Namun, di balik pesonanya, Rinjani juga menyimpan kisah duka dengan serangkaian insiden yang merenggut nyawa para pendaki.
Data terbaru dan catatan kejadian sebelumnya menunjukkan bahwa gunung ini membutuhkan kewaspadaan ekstra dari setiap petualang yang ingin menaklukkannya.
Baru-baru ini, tragedi kembali menyelimuti Rinjani. Seorang turis Brasil bernama Juliana Marins dilaporkan meninggal dunia pada 21 Juni 2025. Belum ada rincian lebih lanjut mengenai penyebab pasti kematiannya, namun insiden ini menambah panjang daftar korban di gunung tersebut.
Tak hanya Juliana, seorang pendaki asal Malaysia, Rennie Bin Abdul Ghani, juga ditemukan meninggal dunia setelah jatuh pada Minggu, 4 Mei 2025. Kejadian ini menunjukkan bahwa risiko kecelakaan tetap tinggi meskipun dengan pengalaman pendakian.
Catatan kematian di Rinjani bukan hal baru. Pada tahun 2024 lalu, Kaifat Rafi Mubarok dari Jakarta ditemukan meninggal pada 8 Oktober 2024. Sebelumnya, pada 28 Oktober 2023, seorang pendaki bernama Aldi meninggal di jalur Torean, salah satu jalur pendakian yang menantang.
Gunung Rinjani juga pernah menjadi saksi bisu dampak bencana alam. Pada Minggu, 27 Juli 2018, Muhammad Ainul Taksim asal Sulawesi Selatan meninggal dunia akibat gempa Lombok berkekuatan magnitudo 6,4. Gempa bumi juga merenggut nyawa seorang pendaki asal NTT pada Jumat, 12 siang di tahun 2021.
Beberapa insiden lainnya meliputi:
* Boaz Bar Anam, turis Portugal, jatuh pada Jumat, 19 Agustus 2022.
* Muhammad Fuad Hasan dari Surabaya meninggal pada tahun 2021.
* Taufik dari Bantul tewas mengapung di kolam pemandian air panas Danau Segara Anak pada April 2017.
* Ika dari Palembang ditemukan mengapung di pemandian Air Panas Rinjani pada 9 Mei 2016.
* Rian alias Bokel meninggal pada tahun 2014.
* Tragedi paling kelam adalah kematian enam orang rombongan pendaki tradisional yang meninggal kedinginan di sekitar Batu Ceper atau jalur pendakian Senaru, diperkirakan terjadi antara tahun 1994 hingga 1996.
Rentetan kejadian ini menjadi pengingat penting bagi para pendaki. Meskipun pesona Rinjani begitu memikat, persiapan matang, pemahaman medan, dan kewaspadaan terhadap perubahan cuaca serta potensi bahaya alam adalah hal mutlak.
Otoritas taman nasional dan tim SAR terus mengimbau agar pendaki tidak meremehkan tantangan Rinjani dan selalu mengikuti prosedur keselamatan demi mencegah insiden tragis serupa di masa mendatang.
Sumber Artikel Facebook
(Red).
0 Komentar