CIMAHI, 20 Desember 2024 – Di tengah derasnya arus informasi yang membanjiri ruang digital, kemampuan masyarakat dalam memilah fakta dan opini menjadi krusial. Hari ini, pentingnya literasi jurnalistik kembali ditegaskan sebagai "benteng terakhir" dalam menjaga integritas informasi dan demokrasi di Indonesia.
Fenomena penyebaran berita palsu (hoaks) yang kian canggih, termasuk penggunaan kecerdasan buatan (AI), menuntut audiens untuk tidak sekadar menjadi konsumen pasif. Literasi jurnalistik bukan lagi hanya konsumsi para praktisi media, melainkan keterampilan dasar yang wajib dimiliki setiap warga net (netizen).
Mengapa Literasi Jurnalistik Sangat Penting Hari Ini?
Verifikasi sebagai Budaya: Mengajak masyarakat untuk selalu melakukan cross-check sebelum membagikan informasi (Saring sebelum Sharing).
Memahami Etika Informasi: Membedakan antara produk jurnalistik yang patuh pada Kode Etik Jurnalistik dengan konten media sosial yang bersifat opini pribadi atau hiburan.
Membangun Kekritisan: Melatih masyarakat untuk mengenali jurnalisme yang kredibel, objektif, dan berimbang.
"Literasi jurnalistik adalah kunci untuk membuka pikiran yang kritis. Tanpa itu, kita hanya akan terjebak dalam gema informasi yang salah (echo chamber)," ungkap salah satu pakar komunikasi dalam diskusi literasi yang digelar hari ini.
Upaya penguatan literasi ini diharapkan dapat menciptakan ekosistem digital yang lebih sehat, di mana informasi yang beredar adalah informasi yang membangun, bukan yang memecah belah. Masyarakat diimbau untuk selalu mengakses sumber berita resmi dan terverifikasi untuk mendapatkan kebenaran yang utuh.
Tentang Literasi Jurnalistik:
Program literasi jurnalistik adalah inisiatif berkelanjutan untuk membekali masyarakat dengan kemampuan analisis media, pemahaman alur kerja redaksional, dan kesadaran akan hak-hak publik dalam mendapatkan informasi yang benar.
Red.
